Wednesday, July 21, 2010
Thariq bin Ziyad Panglima Muslim Penakluk Spanyol
Masa keemasan Islam antara lain ditandai dengan keberhasilan prajurit-prajurit Muslim menaklukkan wilayah Andalusia, yang kini dikenal sebagai negeri Spanyol. Adalah berkat jasa seorang panglima gagah berani hingga Islam dapat bercokol di sana selama beberapa tahun. Nama pejuang Islam ini begitu harum. Bahkan karena keberanian dan kepahlawanannya, hingga harus diabadikan untuk sebuah semenanjung bukit karang setinggi 425 m di pantai tenggara Spanyol, Gibraltar atau Jabal Tariq. Ya, nama panglima Muslim itu adalah Tariq bin Ziyad. Asal-usul dan sejarah hidupnya tidak banyak diketahui lantaran sangat sedikit buku sejarah yang menceritakannya. Tetapi, Thariq bin ziyad diketahui berasal dari bangsa Barbar. Mengenai sukunya, para sejarawan masih berbeda pendapat; dari suku Nafza atau suku Zanata. Konon, ia bekas seorang budak yang kemudian dimerdekakan oleh Musa bin Nushair, Gubernur Afrika Utara. Dan di tangan Musa ini pula ia memeluk agama Islam bersama orang-orang Barbar lainnya yang tunduk di bawah kekuasaannya setelah menaklukkan daerah Tanja. Dikisahkan bahwa setelah masuk Islam, orang-orang suku Barbar itu menjalankan agama Islam dengan baik. Oleh karenanya, sebelum Musa pulang ke Afrika, ia meninggalkan beberapa orang Arab untuk mengajari mereka Alquran dan ajaran-ajaran Islam. Setelah itu Musa mengangkat Thariq, merupakan prajurit Musa yang terkuat, menjadi penguasa daerah Tanja, terletak di ujung Maroko dengan 19.000 tentara dari bangsa Barbar, lengkap dengan persenjataannya. Sekitar bulan Rajab tahun 97 H (Juli 711 M), Thariq bin Ziyad mendapat perintah dari Musa bin Nushair untuk menyerang semenajung Andalusia. Dengan 7.000 prajurit yang sebagian besar berasal dari bangsa Barbar, Thariq menyeberangi selat Andalusia berjarak hanya 13 mil laut dengan perahu-perahu pemberian Julian, gubernur Ceuta di Afrika Utara, yang bersekutu dengan kaum Muslim untuk menentang raja Roderick, penguasa kerajaan Visigoth di Andalusia. Setelah mendarat di pantai karang yang kemudian dinamai Gibraltar, Thariq beserta pasukannya berhadapan dengan 25.000 prajurit Visigoth. Awalnya, kedatangan pasukan Thariq membuat heran Tudmir, penguasa setempat yang berada di bawah kekuasaan Raja Roderick, karena mereka datang dari arah yang tidak diduga-duga, yaitu dari laut. Walaupun jumlah pasukan Muslim lebih sedikit dibanding pasukan musuh, namun hal itu tidak membuat gentar pasukan Muslim. Terlebih setelah mereka mendengarkan pidato yang membuat jiwa mereka menggelora yang disampaikan oleh panglima Thariq bin Ziyad. Berikut petikan pidato Tariq yang terkenal itu: "Wahai saudara-saudaraku, lautan ada di belakang kalian, musuh ada di depan kalian, ke manakah kalian akan lari? Demi Allah, yang kalian miliki hanyalah kejujuran dan kesabaran. Ketahuilah bahwa di pulau ini kalian lebih terlantar dari pada anak yatim yang ada di lingkungan orang-orang hina. Musuh kalian telah menyambut dengan pasukan dan senjata mereka. Kekuatan mereka sangat besar, sementara kalian tanpa perlindungan selain pedang-pedang kalian, tanpa kekuatan selain dari barang-barang yang kalian rampas dari tangan musuh kalian. Seandainya pada hari-hari ini kalian masih tetap sengsara seperti ini, tanpa adanya perubahan yang berarti, niscaya nama baik kalian akan hilang, rasa gentar yang ada pada hati musuh akan berganti menjadi berani kepada kalian. Oleh karena itu, pertahankanlah jiwa kalian!" Bismillah. Tekad itu dipancangkan Thariq bin Ziyad. Sebanyak 7.000 orang pasukan yang dipimpinnya, telah menetapkan hati untuk berjihad di tanah Andalusia demi menegakkan panji-panji Allah. Tanpa ragu sedikit pun, akhirnya Thariq memerintahkan membakar kapal-kapalnya. Pilihannya jelas: terus maju untuk menang atau mati. Tak ada kata untuk mundur dan pulang. Peristiwa di tahun 711 Masehi itu mengawali masa-masa kejayaan Islam di Spanyol. Pasukan Thariq sebenarnya bukan misi pertama dari kalangan Islam yang menginjakkan kaki di Spanyol. Sebelumnya, Gubernur Musa Ibnu Nushair telah mengirimkan pasukan yang dikomandani Tharif bin Malik. Tharif sukses. Kesuksesan itu mendorong Musa mengirim Thariq. Saat itu, seluruh wilayah Islam masih menyatu di bawah kepemimpinan Khalifah Al-Khalid dari Bani Umayah. Penyerbuan pasukan Thariq mencatat sukses. Ia mengalahkan pasukan Raja Roderick di Bakkah. Raja Roderick sendiri tewas dalam pertempuran tersebut. Setelah itu, ia maju untuk merebut kota-kota seperti Cordova, Granada, dan Toledo yang menjadi ibu kota kerajaan Gothik. Setelah meraih kemenangan ini, Thariq menulis surat ke Musa, mempersembahkan kemenangan kaum Muslim ini. Dalam suratnya itu ia menulis: Saya telah menjalankan perintah Anda. Allah telah memudahkan kami memasuki negeri Andalusia. Kemudian dalam penyerbuan berikutnya, Thariq diperkuat dengan 5.000 orang tentara tambahan yang dikirim Musa. Musa bahkan ikut menyebarang untuk memimpin sendiri pasukannya. Ia merebut wilayah Seville dan mengalahkan Penguasa Gothic, Theodomir. Musa dan Thariq lalu bahu-membahu menguasai wilayah Spanyol selatan itu. Dalam kitab Tarikh al-Andalus, disebutkan bahwa sebelum meraih keberhasilan ini, Thariq telah mendapatkan firasat bahwa ia pernah bermimpi melihat Rasulullah bersama keempat khulafa' al-rasyidin berjalan di atas air hingga menjumpainya. Lalu Rasulullah memberi tahukan kabar gembira bahwa ia akan berhasil menaklukkan Andalusia. Kemudian Rasulullah menyuruhnya untuk selalu bersama kaum Muslim dan menepati janji. Pada tahun 755 Masehi, Abdurrahman --keturunan Keluarga Umayah yang lolos dari kejaran penguasa Abbasiyah-- tiba di Spanyol. Abdurrahman Ad-Dakhil, demikian orang-orang menjulukinya. Ia membangun Masjid Cordova, dan menjadi penguasa tunggal di Andalusia dengan gelar Emir. Keturunannya melanjutkan kekuasaan itu sampai 912 Masehi. Kalangan Kristen sempat mengobarkan perlawanan, namun Dinasti Umayah di Andalusia mampu mengatasi tantangan itu. Abdurrahman Al-Aushat kemudian menjadikan Andalusia sebagai pusat ilmu terpenting di daratan Eropa. Pada 912, Abdurrahman An-Nasir mendengar kabar bahwa khalifah Abbasiyah di Baghdad tewas dibunuh. Ia lalu menggunakan gelar khalifah. Ia mendirikan universitas Cordova dengan perpustakaan berisi ratusan ribu buku. Langkah itu dilanjutkan oleh Khalifah Hakam. Pusat-pusat studi dibanjiri ribuan pelajar, Islam dan Kristen, dari berbagai wilayah. Ladang-ladang pertanian Spanyol tumbuh dengan subur mengadopsi kebun-kebun dari wilayah Islam lainnya. Sistem hidraulik untuk pengairan dikenalkan. Andalusia inilah yang mendorong era pencerahan atau renaissance yang berkembang di Italia. Kekacauan timbul setelah Hakam wafat dan kendali dipegang Manshur Billah --seorang ambisius yang menghabisi teman maupun lawan-lawannya. Kebencian masyarakat, baik Islam maupun Kristen mencuat. Situasi tak terkendalikan lagi setelah Manshur Billah wafat. Pada 1013, Dewan Menteri menghapuskan jabatan khalifah. Andalusia terpecah menjadi sekitar 30 negara kota. Dua kekuatan dari Maghribi sempat menyatukan kembali seluruh wilayah itu. Pertama adalah Dinasti Murabithun (1086-1143) yang berpusat di Marakesy, Maroko. Pasukan Murabithun datang buat membantu kalangan Islam melawan Kerajaan Castilla. Mereka memutuskan untuk menguasai Andalusia setelah melihat Islam terpecah-belah. Dinasti Muwahiddun, yang menggantikan kekuasaan Murabithun di Afrika Utara, kemudin juga melanjutkan kepemimpinan Islam di Andalusia (1146-1235). Di masa ini, hidup Ibnu Rusyd -seorang pemikir besar yang banyak menafsirkan naskah Aristoteles. Pada 1238 Cordova jatuh ke tangan Kristen, lalu Seville pada 1248 dan akhirnya seluruh Spanyol. Hanya Granada yang bertahan di bawah kekuasaan Bani Ahmar (1232-1492). Kepemimpinan Islam masih berlangsung sampai Abu Abdullah --meminta bantuan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella-- untuk merebut kekuasaan dari ayahnya. Abu Abdullah sempat naik tahta setelah ayahnya terbunuh. Namun, Ferdinand dan Isabella kemudian menikah dan menyatukan kedua kerajaan. Mereka kemudian menggempur kekuatan Abu Abdullah untuk mengakhiri masa kepemimpinan Islam sama sekali. Sejak itu, seluruh pemeluk Islam (juga Yahudi), dikejar-kejar untuk dihabisi sama sekali atau berpindah agama. Kekejian penguasa Kristen terhadap pemeluk Islam itu dibawa oleh pasukan Spanyol yang beberapa tahun kemudian menjelajah hingga Filipina. Memasuki Abad 16, Andalusia yang selama 8 Abad dalam kekuasaan Islam-- kemudian bersih sama sekali dari keberadaan umat Muslim. ( yus/berbagai sumber )
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment